Senin, 27 Desember 2010

Belajar Walau dari Dua-Tiga Potong Mi Ramen

Aku masih saja sibuk dengan mi ramenku yang terlihat seperti cacing-cacing pendek. Cacing yang tidak berkarakter, yang hanya bisa bergerak ke mana arus membawanya di dalam mangkuk biru  sempal. Dengan posisi duduk menghadap dinding polos di dalam bilik 3x4, ku seka keringat sambil kembali mengaduk-aduk isi mangkuk untuk mendapatkan 2-3 lembar potongan terakhir mi ramen rebus buatanku.

Jika potongan ramen itu dianalogikan sebagai tiga ekor cacing bersaudara, dapat kupastikan bahwa mereka pasti sedang pusing luar biasa. Hahaha… Tentunya pusing menahan mabuk akibat kencangnya pusaran air rebusan mi yang kutimbulkan dari cidukan demi cidukan sendokku.

Semakin kukejar potongan mi itu, semakin kencang pusaran air yang ditimbulkannya. Walhasil tidak satupun mi yang berhasil terciduk. Akhirnya dengan naluri yang dianugrahkan Allah swt, aku putar sendokku berlawanan arah dengan arah pusaran kuah yang terlihat seperti badai besar di tengah samudera (lebay banget ya)….jengjereng….akhirnya semua mi masuk dengan serta merta ke dalam mangkukku…. ”monggo”.
Beugh,,,sudah sarapan….saatnya mandi brader. Kita kan mau kuliah, kalau gak mandi,,,apa kata dunia???haha…

Waktu mandi malah keinget mi ramen….

Entah dari mana datangnya? jadi teringat pertanyaan seorang sahabat,,apakah hidup ini datar ataukah melingkar. Meskipun tidak menemukan jawabannya, namun fikiranku jadi menerawang mencari-cari esensi. Ku ingat-ingat kasus mi ramen yang ku “monggo-in” tadi. Masih terbayang mi ramen yang terbawa arus melingkar di dalam mangkuk. Jelas pula terlintas arah sendok yang ku arahkan melawan arus mangkuk tadi.

Ternyata kalau hidup ini melingkar, kamu tidak perlu ngos-ngosan untuk mengejar target yang larinya lebih cepat dari yang kamu bisa. Kamu cukup membalikkan badanmu dan silahkan tunggu target ini menabrak tubuhmu. Tapi kalau hidup ini datar, jangan pernah berharap targetmu benar-benar berjalan melambat, tapi paculah dirimu sekencang-kencangnya hingga mereka terlihat melambat relatif terhadap dahsyatnya kecepatanmu. Aku jadi ngangguk-ngangguk sendiri, ternyata pertanyaan-pertanyaan besar bisa saja terjawab oleh hal-hal kecil yang pada umumnya kita anggap tidak berarti. ..helloooo….loe sedang mandi bro….lagian itu hanya mi ramen bos…gimana  g’ cepat tua coba….lagi mandi aja mikirin hal begituan. Wahai fikiran, istirahatlah dulu (sambil mijit-mijit tempurung kepala secara tidak jelas).

0 komentar:

Posting Komentar